Posted by : Sanguine bercerita tentang hidup Sabtu, 29 Agustus 2015

cerita ini saya tidak tahu apakah benar atau tidak, karena disadur dari bapak sopir angkot LDG kota Malang ketika saya menjadi penumpang angkot tersebut. 

***
kita yang lama atau mungkin sering berkunjung ke Kota Malang tentu saja hafal, dimana ada lampu merah pasti disitu bisa dijumpai anak-anak sampai orang tua meminta minta. sebagai seorang manusia, normal jika kita merasa kasihan, tapi tidak banyak juga yang malah merasa jengkel. perasaan yang bermacam-macam ini tidak bisa disalahkan, karena saya pun juga seperti itu, awalnya kasihan dan terkesima, lama kelamaan jengkel juga karena setiap hari meminta minta.
siang hari di Kota Malang begitu cerah, tidak mendung, tapi matahari tidak terlalu menyengat. kebetulan saya sedang menunggu angkot untuk pulang ke kosan, dari arah Jl. Terusan Ijen saya menuju ke arah Jl. Bandung, tidak lama angkot LDG lewat, dan saya pun naik.

***
angkot berjalan lurus tanpa berhenti. tak lama angkot yang saya tumpangi berhenti karena traffic light didepan masjid MAN 3 Malang. satu, dua, tiga, saya menghitung jumlah anak-anak yang sedang meminta minta, ternyata lebih dari lima, dan yang mengejutkan disaat anak-anak kecil ini meminta minta ternyata ada seorang perempuan usianya sekitar 40 tahunan sedang berleha leha dibawah pohon yang ada di taman sekitar jalanan tersebut, dan sepertinya ibu tersebut sedang mengandung.

"omah mu ndi??"(1) tanya bapak sopir angkot kepada anak-anak peminta-minta tersebut, "wes oleh duit piro?"(2) lanjut bapak sopir angkot. "akeh, oleh sak trek" jawab salah satu anak yang meminta. anak-anak itu terus menadahkan tangan ke penumpang angkot. sepertinya lampu merah kali ini berlalu lama sama sekali sehingga anak-anak peminta punya kesempatan panjang untuk terus menadahkan tangan. "dek ini ya dibagi ber 3" salah satu ibu penumpang angkot memberikan uang 10 rb kepada anak tersebut. "nanti kalau sudah punya uang banyak sekolah yang rajin ya" pesen bapak angkot kepada anak - anak peminta tersebut.





Angkot berjalan dan bapak sopir angkot mulai angkat bicara fakta mengenai pengemis pengemis yang memadati kota Malang. saya pun sedikit "kaget" bahwa kenyataan malang dipenuhi pengemis dari luar kota, apalagi jika memasuki bulan-bulan puasa, seolah pengemis ini di drop untuk mengais rejeki di kota ngalam ini. bagaimana dengan pengemis asli malang?? bapak sopir angkot mengungkapkan pengemis yang asli malang rata-rata berusia 50 tahunan, kemudian jika kita mengunjungi perumahan makam cina (saya juga gak tau itu dimana) kita akan menemukan rumah yang mewah dan bertingkat, tidak sedikit tapi banyak, disitulah rumah para pengemis tinggal, sehingga kampung itu disebut kampung "pengemis" karena ternyata pengemis yang kebanyakan berusia separoh abad ini saling bertetangga lanjut pak sopir angkot. pak sopir angkot ini awalnya juga merasa iba, sesekali jika para nenek-nenek pengemis ini ikut angkotnya, sering tidak dipungut biaya alias gratis. suatu hari pak sopir angkot ini tidak sengaja mendapati salah seorang nenek pengemis di pasar dan sedang berbelanja, pak sopir angkot terkaget karena nenek ini memiliki tampilan yang berbeda dari biasanya, bahkan tidak kelihatan lusuh, malah seperti orang kaya yang sedang mborong. "loh mak" sapa pak sopir angkot, sontak nenek itu menjawab "mau gak ngangkutin kulkas sampai rumah, tenang aja nanti saya bayar lebih". bapak sopir angkot kaget, apalagi ketika sampai dirumah nenek tersebut yang ternyata lebih mewah dibandingkan rumah bapak sopir angkot yang "reot" katanya. pak sopir angkot melanjutkan cerita, "nenek itu juga ngasih tau saya, yang rumah tingkat itu rumahnya mak mawar (nama samaran), kalo yang itu rumah pak budi (nama samaran)". sehingga bapak sopir angkot ldg ini sekarang terlihat kurang respect ya karena itu ternyata yang ditolong selama ini jauh lebih mampu. 

****
hal diatas merupakan sisi lain dalam kehidupan yang kita tidak pernah ketahui, terkadang dunia kejam karena kita mungkin yang terlalu lemah. 

NB : tidak semua pengemis mungkin seperti apa yang saya ceritakan berdasarkan cerita pak sopir angkot, yang jelas tidak ada yang sia-sia dalam setiap amal yang kita perbuat, karena Allah yang menilai, bukan manusia.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Powered By Blogger

Pengikut

My Home

Jln. Bengawan Solo no.93 RT.02 RW.01 Kanor Bojonegoro

About Me

Min Rohmatillah, biasa dipanggil Iin, Lahir di Bojonegoro 14 Juni tahun 1993. TK ABA, MI ALFALAH, SMP N 1 SUMBERREJO, SMA N 1 BOJONEGORO, Dokter hewan yang menyukai design grafis. Punya Motto Good No God = 0, dan punya mimpi jadi dokter hewan ditengah hutan pulau Borneo (doain bisa ya..). u can follow my instagram @min_rahmatillah to watch my galery

Copyright © Min Rahmatillah -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan