Rabu, 19 Juni 2013
Lama nian jemari lentik ini tak pernah menyapa sebuah ruangan yang kian lama kian hampa tanpa sebuah coretan. 20 tahun akhirnya terlewati juga, butuh perjuangan melawan malas, gundah,sedih, dan angan angan kosong. entah setan macam apa mereka yang jelas lebih tinggi dari benteng Takeshi dan lebih panjang dari tembok china. selamat datang di seperempat usia, semoga akan terus melaju hingga separo usia. oh tak baik mendahului takdir tuhan, tegur saya dalam hati.
Hari hari saya kini masih dengan rutinitas biasa, menyandang gelar mahasiswa sejak 2 tahun lalu, menikmati sibuknya menjadi kuli tinta, dan semakin lupa diri bahwa sebenarnya hamba hanyalah seorang budak negara. kalu tidak meleset 3,5 tahun lagi diri yang kecil ini akan menyandang gelar "drh", profesi yang sungguh tidak pernah terbesit dalam angan angan. tahun lalu mencoba mencari harapan baru, nampaknya memang Tuhan lebih senang menempatkan saya di ranah yang tidak jelas asalnya, ada yang bilang masuk pertanian ada juga yang bilang masuk ranah kesehatan. tak masalah sebenarnya, yang terpenting adalah menjadikan profesi ini berguna untuk masyarakat dan negara.
Semakin lama saya merasa semakin tidak jelas alur dari tulisan ini, seperti hidup saya, makin lama makin tak jelas, diselimuti ambisi ambisi palsu, mata penuh kekosongan berani menantang masa depan. saya sendiri bingung, mau jadi apa 10 tahun mendatang, sudah siapkah saya masuk kedalam medan persaingan? sepertinya lembaran ini bakalan menjadi saksi evaluasi untuk menjadi diri yang lebih baik. Sosok Mingke dalam tetralogi pulau buruh nampaknya menjadi cambuk bagi saya untuk segera bertindak, mengejar ketertinggalan, dan membuat angan ini bukan hanya angan belaka. M.Alif Fikri dalam trilogi Negeri 5 menara menguatkan saya bahwa tak ada yang sia sia dalam suatu usaha dan doa, dan kembali saya pada motto hidup saya Good No God = 0.
Ketika niatan sudah lurus tertata, maka tinggal sikap apakah senantiasa mengingat atau justru pura pura lupa, semoga Tuhan diatas sana selalu memberi sinyal kebaikan didalam setiap langkah yang terhentak. hanya sebuah evaluasi, benar hanya sebuah evaluasi dari hamba yang merasa tertampar oleh pahitnya hidup karena membuang sisa usia tanpa guna.
