Posted by : Sanguine bercerita tentang hidup
Sabtu, 05 Januari 2013
Terinspirasi
dari salah satu teman yang tweet nya lagi melo melo yang mungkin dia nih lagi
kangen sama “mak”nya. Pasti udah biasa banget denger judul yang terpampang
diatas tapi aku jamin deh bakal ternganga lihat tulisan ane yang satu ini, gimana
nggak ?? masih pernah denger dijaman yang sangat modern ini seorang ibu ngelahirin
10 anak ke dunia?? Emang jarang banget, baru punya anak dua aja udah pada
ikutan program KB ( heheheh), beda sama bunda yang satu ini. Orang yang biasa
disapa “ibu” oleh ke sepuluh anaknya ( termasuk saya ) lahir di jombang 55
tahun yang lalu, awalnya ibu memiliki nama Dewi Chafsoh tapi setelah pindah ke
bojonegoro dan menikah dengan almarhum bapak berganti nama Ummi Muyasaroh.
Besar di sebuah pondok pesantren Tebu Ireng Jombang bikin ibuk sedikit kolot
sama anaknya, ribet, semua mesti dilihat dari sisi agama. Dan yang paling parah
masak ibuk lebih seneng aku jadi Ustadzah daripada jadi dokter, hahah.

Waktu SMP sempet malu banget sih pas
ditanya punya saudara berapa, bahkan sampai sekarang pun masih malu. Tapi
kadang mikir juga sih ngapain musti malu, ibuk lo nggak pernah malu punya anak
10, toh Alhamdulillah anak ibuk bisa sekolah semua (amiiiin) meskipun mesti
jungkir balik dalam membiyayai. Jadi inget dalam sebuah cerita tentang ibunda
Andi malarangeg yang kalau nggak salah saudaranya banyak juga dan sukses sukses
semua. Bundaku juga nggak kalah sukses, dan InsyaAllah anaknya nggak kalah
sukses. Ada yang punya toko ( jangan dikira nggak laku ), ada yang punya
bimbingan belajar ( meski punya suaminya ), ada yang jadi guru, ada yang jadi apoteker,
terus nggak tau nih abang saya yang satunya, jadi pengacara enggak, jadi
konsultan enggak, kerja di KUA juga enggak (haahahhaha).
Menginjak kelas 2 SMA bapak saya sakit keras (
serosis/kanker hati = penyakit yang didera pak dahlan iskan, dahlan iskan =
mantan chairman Jawa Pos = mantan dirut PLN = Mentri BUMN = Capres RI 2014 )
Ibuk dengan dibantu beberapa kakak saya mesti banting tulang nggak cuman buat
ngerawat bapak, tapi juga mencari “dolar” untuk biaya pengobatan bapak dan
biaya sekolah anak anak. Ibuk sangat sabar, tidak pernah sekalipun mengeluh,
justru selalu memberikan semangat kepada anak anaknya supaya rajin belajar dan
berdoa untuk kebaikan semua. Bahkan disaat semua orang menuding bapak saya kena
santet, ibuk tidak pernah percaya, justru saya yang percaya, hehehhe. Akhirnya
hal yang tidak diinginkan menghampiri keluarga kami, bapak berpulang terlebih
dahulu. Waktu itu benar benar saya melihat ketegaran sosok ibuk, hanya menangis
sebentar, dan berikutnya tidak pernah saya temui air mata dari beliau. Hanya
mungkin beliau menangis saat anak anaknya mulai bandel dan suka membantah, maka
saya mewakili 9 saudara yang lain lewat tulisan ini memohon maaf sebesar
besarnya kepada bunda tersayang. Ditahun lalu ibuk masih membiayia 4 anak nya
kuliah dan satu anak usia SMP seorang diri, betapa kasihan sekali beliau,
seandainya beliau mengijinkan saya untuk ikut bidik misi, pasti saya sudah
ikuti, sayang sekali beliau tidak pernah mengijinkan saya untuk mengambil hak
orang lain. Dan ditahun ini 2 kakak saya sudah graduation, yang satu mendapat
gelar S.Pdi, yang satunya lagi mendapat tambahan gelar L.L.M ( saya juga tidak
tahu apa kepanjanganya ). Adik saya yang SMP sudah melanjutkan ke jenjang SMA,
tinggal saya yang masih bertahan di PKH UB dan abang saya yang nggak tau kapan
lulusnya dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ibuk
mulai sakit sakitan, 3 bulan yang lalu ibuk mesti dioperasi buat ngangkat
benjolan kecil di paha. Dan beberapa minggu yang lalu ibuk mesti terapi untuk
kesembuhan tulangnya. Betapa sedih sekali, saya bahkan tidak disamping ibuk
saat ibuk terbaring di meja operasi, bahkan saya lebih mementingkan orang lain
saat ibuk terapi. Saya masih inget saat malam malam terjadi keributan di sebuah
acara yang kebetulan saya panitianya, saat itu ibuk sedang terapi di Malang (
tempat saya kuliah ) dan ibuk meminta saya untuk menginap di tempat itu, tapi
karena kejadian itu saya baru bisa keluar dari acara saya sekitar pukul 3 dini
hari, dan tidak mungkin saya kesana, dan saat pagi pagi saya mengunjungi
beliau, beliau tidak marah sama sekali, bahkan bercerita tentang abang saya
yang mesti demo dulu sebelum pulang ke rumah dan menyuruh saya untuk bergegas
sarapan dan beristirahat. Oh ibuk maafkan anakmu yang kurangajar ini.
Akhir
akhir ini tetangga lagi hobi banget sama yang namanya “rasan – rasan” tentang
kedamaian keluarga saya. Huh emang tetangga, suka usil sama kehidupan orang.
Ehh jadi melenceng nih ceritanya,,berikut adalah 10 nama anak dari HJ.UMI
MUYASAROH yang unyu unyu :
1. Hj. Ifa Rosyida S.E
2. Anis Rohmawati S.P
3. M. Syahirul Alim S.T
4. M. Ridwan S.Hi, L.L.M
5. Ainun Nafisah S.Pd
6. Nurul Ma'rifah S.Farm, Apt
7. Muhtar Nasir ( Belum Lulus UIN SUKA Yogyakarta )
8. Ummu Zahrotin S.Pdi
9. Min Rohmatillah ( belum lulus Pend. Dokter Hewan UB )
10. Naurotul Haromaini ( kelas X SMA )