Posted by : Sanguine bercerita tentang hidup
Kamis, 07 Juni 2012
Antara
Tidak dan Punya Uang
Kamis, 7
Juni 2012 merupakan hari yang sedikit bersejarah bagi sebagian mahasiswa UB.
Diselimuti hawa dingin dan langit sedikit mendung belasan mahasiswa melakukan
aksi menuntut untuk dihapusnya kebijakan penggunaan karcis kendaraan bermotor.
Mungkin emang nggak ngaruh banget sih buat kita yang tidak menggunakan
kendaraan bermotor, tapi buat pemakai aga berat kalau tiap harinya mereka mesti
bayar karcis sebesar Rp. 1000, 00. Bayangkan aja tiap minggu mereka
mengeluarkan enam ribu rupiah, kalau sebulan berarti mereka yang bermotor mesti
mengeluarkan uang sebesar Rp. 24.000, berarti untuk biaya satu tahun tinggal
kalikan saja 12. Sudah bayar spp, yang praktikum mesti bayar uang praktikum,
ditambah lagi harus bayar karcis. belum lagi dengan bayar karcis belum tentu
keamanan terjaga, toh masih banyak helm yang ilang entah kemana.
Penulis
emang tidak ikut serta dalam aksi tersebut, akan tetapi dengan mengamati dari
kejauhan sambil nguping sana nguping sini cukup membuat penulis paham. Aksi
yang dikomando oleh Gama ( FP – 2011 ) ini dimulai dengan orasi dibundaran UB,
dilanjutkan orasi di lapangan rektorat, tapi mereka yang hanya belasan
mahasiswa mampu membuat panas pihak rektorat. Awalnya pihak rektorat tidak
menggubris aksi tersebut. Akan tetapi insiden akan menurunkan bendera setengah
tiang, membuat pihak keamanan kalang kabut. Keinginan mahasiswa agar pihak
rektorat menanggapi aspirasi mereka akhirnya terkabul. Salah seorang dari
rektorat turun dan memberikan penjelasan. Dan tidak beberapa lama aksi di
bubarkan.
Aksi mahasiswa yang mencoba menurunkan bendera
Ada
beberapa hal yang menarik dari aksi ini. Yang pertama adalah orator dari aksi
ini adalah Gama, mahasiswa ini pernah bertemu penulis saat seminar “motivasi
berbagi” dan closing project astra first di Ruang sidang FT. saat seminar,
Victor Osman ( motivator ) bertanya kepada peserta seminar tentang bakat. Kita
semua percaya bahwa bakat itu ada. Tapi ada 2 mahasiswa yang tidak percaya
dengan bakat. Ya salah satu diantaranya adalah Gama, gama memiliki argument
yang berbeda dari mahasiswanya, ditambah wajah Gama mirip seperti orang sakau
membuat penulis agak takut. Tapi aneh seolah motivator justru berpihak kepada
gama mungkin karena Gama udah minjemin korek api kali ya ke pak victor. Penulis
nggak nyangka Gama yang wajahnya kayak orang sakau dan autis ternyata seorang
orator. Wah emang ya wajah itu hanya menjebak .
Satu lagi hal yang unik dari aksi ini,
kebetulan saat penulis menunggu teman penulis datang tidak sengaja mendengar
celetukan seorang yang hendak menuju Rektorat kepada pihak keamanan.
“ tinggal kasih aja mereka uang, kan mereka
aksi soalnya g punya uang buat bayar karcis motor” lalu orang tersebut terbahak
bahak.
Celetukan itu membuat penulis
merenung. Bisa jadi sih mereka ribet ribet aksi hanya karena mereka nggak punya
uang 1000 rupiah, atau mungkin karena uangnya lima puluh ribuan semua sehingga
seribu rupiah aja nggak punya. Mau punya ataupun nggak punya uang yang penting
mereka udah berani ngeluarin uneg – unegnya daripda penulis yang bisanya Cuma
ngomong dibelakang,,,